4
Posted on 11:50 AM by Brian and filed under
Ya, yang ingin saya bicarakan disini adalah masker penutup muka tentunya, bukan masker kecantikan seperti masker bengkoang,mentimun atau yang lainnya. Memakai masker belum lah menjadi budaya di negara kita. Karena adanya suatu stigma negatif yang melekat, bahwa orang yang memakai masker adalah orang yang penyakitan, yang sakitnya sudah parah dan sangat berbahaya karena membawa penyakit menular. Akibatnya tidak jarang kita jumpai orang-orang yang terkena influenza bersin-bersin seenaknya di kendaraan umum , di kantor-kantor, ataupun di pusat-pusat perbelanjaan.


Dampaknya sudah dapat diduga, orang-orang di sekitarnya akan tertular influenza yang dia derita. Pada situasi lain penderita TBC yang tidak memakai masker, batuk-batuk dengan nyaman, padahal droplet atau percikan air liur dari batuknya tadi bisa jadi mengandung ribuan kuman TBC. Meskipun tidak serta merta orang-orang di sekitarnya akan tertular TBC (tergantung lamanya kontak dengan penderita, jumlah kuman yang terhirup, dan daya tahan tubuh seseorang) namun hal ini memperbesar kemungkinan penyebaran TBC. Apalagi bagi orang-orang yang tinggal serumah dengan penderita, paparan kuman TBC yang berlangsung lama, akan meningkatkan resiko tertular TBC. TBC pada anak pun tidak jarang terjadi akibat penularan dari pengasuhnya yang terkena TBC.

Pada situasi yang lain lagi para tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat dengan alasan etika terhadap pasien, tidak memakai masker ketika memeriksa pasien. Padahal dokter-dokter tersebut harus berinteraksi dengan pasien-pasien influenza ataupun TBC setiap hari. Sehingga resiko tertular pun semakin tinggi.

Saya jadi teringat sebuah acara televisi yang mengulas penyebaran kasus severe acute respiratory syndrome (SARS) di Hongkong, yang ternyata ikut ditularkan oleh seorang dokter yang tertular oleh pasiennya. Dokter yang tidak tahu kalau dirinya tertular SARS tersebut melakukan perjalanan ke luar negeri dan menulari orang-orang di sekitarnya. Ajaibnya dokter tersebut akhirnya meninggal dan pasien yang menularinya sembuh. Trus bagaimana orang-orang di tempat lain,apakah mereka juga tidak mempunyai budaya masker seperti negara kita? Simak kelanjutannya pada tulisan berikutnya………


Bookmark and Share
4
Responses to ... Pakai masker,siapa takut?
Haris said... January 24, 2009 at 2:08 PM

Kalau saya sangat setuju jika dokter menggunakan masker saat menerima pasiennya.

Karena yang berobat adalah orang yg bermasalah dg kesehatannya, sangat rentan bagi sang dokter terkena penyakitnya juga

Brian said... January 24, 2009 at 4:47 PM

Betul sekali Mas Erik, tetapi kita sebagai dokter kadang kala terbentur adat dan budaya masyarakat,sehingga ada anggapan kurang sopan bila kita memakai masker, padahal sebenarnya proteksi diri adalah hal yang sangat penting.

Deta said... January 25, 2009 at 11:55 AM

Yup... Masker itu kan APD(alat pelindung diri) jadi santai aja kalo pake masker...

Unknown said... January 29, 2009 at 12:25 AM

iya yach... pake masker d negara qta blm membudaya...
abizz,,, kl pake masker cakepnya ngk kliatan siy.. hik hik hik..

Post a Comment