
Sebenarnya cita rasa teh-teh di negara kita tak kalah lezatnya dengan Darjeeling tea ini. Cuman menurut saya kemasan, cara penyajian, dan promosi yang kurang membuat teh-teh kita kurang dikenal di dunia. Gengsi ini sangat penting, karena walaupun kita mempunyai banyak teh yang sedap namun kalu tidak terkenal, orang juga agak enggan untuk meminumnya. Berbeda dengan teh yang sudah punya “merk dunia”, ada kebanggaan tersendiri ketika meminumnya (termasuk saya he2, bangga bisa minum Darjeeling tea walaupun mungkin teh negeri sendiri ada yang lebih enak).
Kalau boleh jujur, sebenarnya saya masih lebih suka teh-teh yang dijajakan di warung Hik (semacam warung kaki lima, wah jadi kangen nih ama warung Hiknya Pak Rame) di Solo. Teh yang dijual disini biasanya merupakan ramuan khusus dari berbagai macam teh asli Indonesia, bisa sampai lebih dari 7 macam teh diramu dengan resep rahasia. Hasilnya pun sungguh sempurna, teh yang kental, manis dan sepat. Perfect menurut lidah saya. Ya cuman itu teh-teh yang lezat ini hanya disajikan di warung sekelas kaki lima bukan di hotel-hotel berbintang. Coba kalau ramuan tadi dipatenkan, dikemas dalam kemasan berstandar internasional , trus dilabel nama teh Pak Rame dan diekspor (he..he...he....), siapa tahu bisa mendunia melebihi Darjeling tea. Dan orang-orang Indonesia akan bangga minum tehnya sendiri, teh Pak Rame yang telah bermerk dunia.

Setelah berhenti di pelataran parkir kami disambut dengan bangunan megah dari kayu berwarna hitam yang sungguh indah. Wow kirei (indah). Bangunan ini merupakan gerbang dari Chion-in Temple. San-mon Gate namanya dan dibangun pada tahun 1619. Setelah melewati pintu gerbang kamipun melewati jalan menanjak sekitar 500 meter sebelum akhirnya sampai di bangunan utamanya.


Setelah puas melihat kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki……bersambung ke part 3
(NB: bagian-bagian yang ada unsur sejarahnya diambil dari wikipedia)
Setelah mencari-cari akhirnya dapat info dari teman, ada sebuah warung ramen sapi dengan kaldu sapi. Walaupun warungnya agak jauh namun karena langkanya ramen sapi kamipun penasaran ingin mencobanya. Warungnya tidak terlalu besar, namun bersih dan nyaman. Pengunjungpun silih berganti berdatangan menandakan warung ini laris manis. Begitu masuk seperti biasa kami disambut dengan keramahan khas pelayan jepang yang mempersilakan kami masuk. Dua gelas air putih dingin segera disajikan sambil mempersilakan kami memilih pesanan dari buku menu yang tersedia.
Tak sampai 10 menit,pesanan kami sudah datang. Ramennya disajikan dalam mangkok yang cukup besar. Aromanya sungguh membangkitkan selera, sangat sedap membuat kami menelan ludah beberapa kali tak sabar untuk menyantapnya. Ramennya sendiri terdiri dari mie, kecambah, irisan daun bawang, nori (rumput laut), daging sapi, telur rebus dan cabe merah utuh. Mienya begitu lembut dengan kekenyalan yang pas, kecambahnya renyah kriuk-kriuk, daging sapinya diiris tipis-tipis tidak alot begitu mudah untuk digigit dan tentu saja kuahnya yang begitu kental dan gurih, ditambah rasa irisan daun bawang yang segar, sungguh-sungguh nikmat luar biasa. Ummmmmaaai (enak sekali). Sruput, sruput, sruput ramenpun ludes dalam waktu sekejap.

Lidah kami pun benar-benar dimanja oleh cita rasa ramen dan karangenya.Walaupun harganya agak mahal (hampir dua kali lipat ramen babi), akhirnya kesampaian juga makan ramen sapi, benar-benar sebanding dengan kelezatannya.
Kata beliau Kyoto adalah kota seribu kuil karena saking banyaknya kuil-kuil yang ada di Kyoto, baik kuil agama Budha maupun Shinto. Kyoto sangat indah terutama di musim gugur,ketika daun-daun sudah berubah warna menjadi kuning dan merah,penuh warna-warni.


Akhirnya kami sampai di Kyoto sekitar pukul satu siang. Panggilan alam membuat kami memutuskan untuk mencari tempat makan. Teman kami membawa kami ke Kyoto Eki (stasiun). Kenapa stasiun? Jangan dibayangkan stasiun di jepang seperti stasiun-stasiun di Indonesia yang biasanya terkesan kotor dan kurang aman karena banyak preman (pengalaman pribadi), stasiun di jepang rata-rata tertata dengan rapi, bersih, aman, dan nyaman. Satu hal yang menarik adalah stasiun kereta api dan stasiun bis biasanya menjadi satu dan terletak di pusat kota, sehingga sangat memudahkan akses penumpang yang mau berganti naek kereta maupun bis baek dalam kota maupun antar kota, tata ruang kota benar2 sudah direncanakan dengan matang. Hhhm berbeda sekali dengan di negara kita, stasiunnya keretanya di satu ujung,terminal bisnya di ujung laen,repot dan membingungkan.

Bersambung……..
Read more!
Ternyata mensubmit ke sebuah jurnal juga ada seninya tersendiri. Kita harus benar2 mematuhi aturan2 jurnal tersebut baik segi format tulisan, sampai tipe file gambar yang kita kirim.Kalau tidak siap2 saja paper kita direject langsung tanpa direview. Kata sebuah buku, tahap ini sangat penting, bahkan sama pentingnya dengan penelitian itu sendiri. Kesalahan pada tahap ini akan membuat penelitian kita yang berbulan-bulan lamanya menjadi tidak berarti. Menuruti nasehat Prof saya,paper saya ini saya submit ke jurnal dengan impact factor yang tinggi terlebih dulu baru kalu gagal dicoba ke level di bawahnnya. Kata beliau; siapa tahu diterima, toh kalaupun direject para reviewer pasti memberikan saran2 yang bisa kita pergunakan sebagai perbaikan untuk mensubmit ke jurnal level di bawahnya. Dan benar saja 2 kali saya direject (berarti 4 bulan terbuang) namun saya dapat masukan yang sangat berharga dari para reviewer tsb. Dan akhirnya di jurnal yang ketiga ini setelah 3 bulan direview paper saya diterima.
Read more!
Enka, begitu orang jepang menyebutnya. Menurut saya lagu ini cenderung melankolis dan cenderung sedih mendayu-dayu. Yang menarik adalah diperlukan teknik bernyanyi yang khusus untuk menyanyi Enka ini. Tidak semua penyanyi mampu menyanyi enka,hanya yang mempunyai teknik bernyanyi tinggi yang mampu, begitu kata teman saya.
Enka ini berkembang sejak masa Shōwa atau sekitar tahun 1926-1989. Enka berasal dari kata En演 yang berarti pertunjukan dan ka歌 yang berarti lagu. Tema yang diangkat biasanya tentang cinta, kesendirian, kehilangan, perjuangan hidup bahkan tentang kematian. Lebih cenderung ke klasik dan tradisional menurut saya,benar-benar bernuansa Jepang.
Enka ini cenderung popular di kalangan usia lanjut, selera tua begitu kata orang. Enka kurang popular di kalangan generasi muda dan kalah bersaing dengan J-pop.Namun akhir-akhir ini enka menjadi sedikit lebih populer dengan hadirnya penyanyi2 muda seperti Kiyoshi Hikawa dan Jero (seorang penyanyi enka kulit hitam asal amerika dengan gaya hip hop)
Pengin denger enka, yuk disimak
Sekitar 1 minggu yang lalu kota kami dilanda gempa, tidak begitu besar memang sekitar 3,7 skala richter dan berlangsung selama 8 detikan. Walaupun tidak mengakibatkan kerusakan, namun cukup membuat kami khawatir. Ini adalah gempa yang pertama kali kami rasakan di jepang. Kekhawatiran kami kiranya cukup beralasan mengingat Jepang adalah negara langganan gempa seperti halnya negara kita. Teringat kembali gempa dahsyat yang melanda kobe tahun 1995. Gempa dengan kekuatan 7,2 skala Japan Meteorological Agency ini meluluh lantakan kobe dan menewaskan sekitar 6.000 korban.
Yang paling kami takutkan adalah kondisi apartemen kami yang dibangun sekitar 20 tahun yang lalu, yaa walaupun konstruksi di jepang tahan gempa namun dengan gempa sedahsyat itu siapa yang bisa menjamin tidak akan rontok juga. Sedikit diskusi dengan teman satu laboratorium saya (orang jepang) tentang apa yang harus kita lakukan ketika ada gempa. Ada beberapa hal yang menurut saya aneh, menurutnya ketika ada gempa kita sebaiknya tetap di dalam rumah, mematikan aliran gas, dan mencari perlindungan di bawah meja dengan tangan memegang erat kaki meja, tidak lucu kan kalau sudah berlindung di bawah meja trus tiba2 mejanya geser. Satu tempat lagi yang direkomendasikannya adalah kamar mandi, karena biasanya dinding kamar mandi terbuat dari bahan yang solid dan relatif lebih sempit daripada ruangan lainnya sehingga lebih kokoh. Masih menurut teman saya tadi, lari keluar rumah lebih berbahaya karena potensi tertimpa bangunan sekitar, tiang listrik, dan kabel2 listrik yang mungkin putus akibat gempa.
Hmmm sungguh berbeda ya dengan negara kita, kalau gempa ya lari keluar, kalau tidak ya bisa mati tertimpa bangunan he…he…he…. Mungkin karena bangunan di jepang terbuat dari kayu jadi sekalipun menimpa tidak sebegitu mematikan dibanding tertimpa bangunan beton di negara kita. Lagipula ketika terjadi gempa pikiran kita jadi kalut tidak terpikirkan untuk lari keluar, seperti yang kami alami hanya tertegun di tempat. Yah akhirnya saya ambil kesimpulan, di dalam rumah atau di luar rumah siapa yang tahu nasib kita, yang terpenting kita selalu berdoa agar diberi keselamatan. Ketika gempa menyapa ketika itu pula Allah mengingatkan kita betapa lemahnya manusia.